Minggu, 28 Desember 2014

KEBERSAMAAN ADALAH KUNCI KEBERHASILAN SEBUAH LEMBAGA/ORGANISASI

Jakarta, 29 Desember 2014, 08.19 WIB.
           Banyak tantangan yang harus dihadapi oeh sebuah lembaga baik negeri maupun swasta. Pada era revormasi semua serba transparan yang harus dipublikasikan pada semua masyarakat. Dulu banyak yang ditutup-tutupi sekarang harus bebas diakses oleh siapapun. Misalnya, penggunaan dana komite, dana bos yang ada di RKKS harus dionline-kan, bahkan penilaian kinerja guru dan kepala sekolah harus secara online. Yang paling GRESSSS nilai untuk penetapan pelullusan ENAS  tahun 2015 wajib secara online, baik nilai semester 1,2,3,4 dan 5 mapun nilai hasil ujian nanti.
        Dengan adanya seperti itu, sekolah harus mampu melaksanakan semua kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut tidak bisa dilaksanakan sendirian tetapi harus bekerja sama. Untuk menuju kerja sama diperlukan kepemimpinan yang mampu mengajak semua pihak saling menyadari, saling menghargai karena dengan saling menyadari dan menghargai kita sadar bahwa hidup di dunia ini serba keterbatasan dan tidak akan bisa hidup sendiri.
         Sekolah negeri merupakan lembaga pemerintah. Lembaga yang selalu dituntut masyarakat. Bahkan sekarang ini ada fenomena  yang unik di dunia pendidikan, yakni menjamurnya wartawan sekolah. Istilah ini bukan wartawan yang berasal dari sekolah untuk majalah sekolah tetapi wartawan yang selalu masuk ke sekolah dan anehnya teman-teman guru menyebutnya wartawan bodrek kareana wartawan tersebut seperti bodrek, tiba-tiba muncul menjadi wartawan tanpa ada kompetensi yang memadahi di bidang kewartawanan. Semua yang menjadi wartawan  walaupun tanpa kompetensi sepertinya  dilegalkan. Apapun namanya, kalau kita bisa kerja sama dengan baik dengan sekolah pastilah sekolah tetap mendukung.

PENYUSUNAN KURIKULUM HARUS MULTIDISIPLIN

Senin, 29 Desember 2014. Penyusunan kurikulum seharusnya melibatkan multidisiplin ilmu. Dengan begitu, akan lahir formula paling tepat bagi peserta didik. Psikiater anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, formula pendidikan yang diterapkan pada peserta didik tidak bisa hanya disusun oleh satu bidang. "Pendidikan anak itu juga melibatkan banyak bidang seperti kejiwaan, psikologi, kesehatan dan lain-lain," tutur Ika. Menurut Ika, penyusunan kurikulum yang melibatkan multidisiplin ilmu terjadi terakhir kali pada 1994. Saat itu, dia bersama beberapa pakar di berbagai bidang ilmu dikarantina untuk merumuskan kurikulum yang paling tepat. Meskipun sempat kecewa karena masukannya bersama beberapa pakar lain tidak diakomodasi dalam kurikulum baru yang disusun, Ika mengatakan, seharusnya penyusunan kurikulum tetap melibatkan pihak lain di luar bidang pendidikan. "Misalnya dokter mata yang bisa memberikan masukan bagaimana seharusnya tulisan dalam buku pelajaran. Mata anak itu belum bisa untuk membaca tulisan yang terlalu kecil," tuturnya. Karena itu, buku pelajaran anak seharusnya menggunakan tulisan yang relatif lebih besar. Namun, yang terjadi saat ini, buku-buku pelajaran anak sejak dari mula sudah berukuran kecil sehingga anak menjadi enggan membaca. "Kemudian yang disalahkan adalah anaknya karena disebut malas membaca. Padahal, ukuran hurufnya terlalu kecil sehingga mereka kesulitan untuk membaca," ucapnya. (rfa) KIRIM KOMENTAR Login untuk komentar BERITA TERKAIT Orangtua Setuju Kurikulum 2013 karena Murid Enjoy Kembalikan Matpel TIK & KKPI ke Struktur Kurikulum Pendidikan Karakter Perlu Keteladanan Tindak Korupsi Guru Inspiratif Mengatasi Kurikulum Kurikulum 2013 Ibarat Smartphone Canggih FOTO LAINNYA VIDEO LAINNYA BACK TO TOP Available On HEADLINESBERITA PILIHANHOMECELEBRITYNEWSBOLAECONOMYSPORTSLIFESTYLETECHNOFOTOVIDEOABOUT US ©2007-2014 Okezone.com, All Rights Reserved / rendering in 0.0516 seconds [189] x 2014 Highlights - Klik Disini