Senin, 16 Februari 2015

PERPRES NO 14 2015 RESMI DITERBITKAN

Struktur organisasi Kemendikbud yang baru ini terdapat sejumlah perubahan jika dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Dia menyebutkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah digabung kembali menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. “Pemerintah membentuk direktorat jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,” katanya di Kemendikbud, Jakarta, Jumat (6/02/2015). Dengan adanya Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan ini maka Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan sudah tidak ada lagi dalam struktur organisasi Kemendikbud yang baru. Sementara, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal berubah menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Perpres ini ditetapkan pada 21 Januari 2015 oleh Presiden Joko Widodo dan diundangkan pada 23 Januari 2015 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H.Laoly. Adapun susunan organisasi Kemdikbud selengkapnya terdiri atas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Inspektorat Jenderal, dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Badan Penelitian dan Pengembangan. Berikutnya, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter, dan Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan. Mendikbud menambahkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang sebelumnya berada di Kemendikbud sekarang berada di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Kamis, 05 Februari 2015

VALIDASI NASKAH SOAL UN

Rubrik Berita BSNP Jakarta — Salah satu indikator pelaksanan Ujian Nasional (UN) yang kredibel adalah tersedianya soal yang berkualitas. Untuk menghasilkan soal yang berkualitas, proses penyusunannya melibatkan beberapa tahapan yang salah satunya adalah validasi. Puspendik bekerjasama dengan BSNP telah melakukan validasi naskah soal UN pada tanggal 20 sampai dengan 23 Januari 2015 di Jakarta. Kegiatan ini melibatkan dosen-dosen dari perguruan tinggi untuk berbagai mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Anggota BSNP yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Teuku Ramli Zakaria dan Titi Savitri Prihatiningsih. Menurut Ramli, komposisi soal UN terdiri atas soal mudah, sedang, dan sulit termasuk soal yang mengukur higher order thinking dari peserta UN serta soal yang kontekstual dengan budaya, sosio-antropologis, dan lingkungan. “Dengan adanya soal yang bersifat higher order thinking, peserta UN dituntut untuk mampu berpikir secara logis, kritis, dan analitis, sehingga tidak cukup hanya dengan mengandalkan hafalan saja”, ungkap Ramli anggota BSNP yang menjadi Koordinator UN tahun 2015. Sementara itu, secara terpisah Nizam Kepala Puspendik mengatakan bahwa bentuk UN 2015 adalah pilihan ganda. “Seperti tahun-tahun sebelumnya, bentuk soal UN tahun 2015 adalah pilihan ganda. Jika di media massa ada berita bahwa soal UN berbentuk esai, itu karena kesalahan kutip yang dilakukan oleh wartawan”, ungkap Nizam di tengah-tengah rapat pleno BSNP di Jakarta. Secara akademis dan metodologis,   bentuk soal pilihan ganda merupakan pilihan yang tepat untuk jenis ujian yang bersifat massive seperti UN yang hasilnya harus diumumkan dalam waktu tertentu. Jika soal UN dalam bentuk esai, sementara hasil UN harus diumumkan paling lambat satu bulan setelah pelaksanaan UN, maka tidak dapat dipastikan proses koreksi akan selesai. Untuk peningkatan mutu pelaksanaan UN kedepan, memang ada pemikiran untuk menggunakan soal UN dalam bentuk esai, selain pilihan ganda. (BS).    

PUSTEKKOM OPTIMIS UN CBT DILAKSANAKAN TAHUN 2015

Rubrik Berita BSNP Jakarta— Sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Bawesdan sebagaimana disampaikan dalam konferensi pers (23/1/2015) di Jakarta,  mulai tahun 2015 Ujian Nasional (UN) dilaksanakan dalam dua bentuk, yaitu Paper Based Test (PBT) dan Computer Based Test (CBT).  Khusus untuk UN CBT pada tahun  2015 akan diterapkan secara terbatas pada sekolah   yang dinilai layak melaksanakan UN CBT, untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK sederajat. Sehubungan dengan persiapan pelaksanaan UN CBT, BSNP telah melakukan rapat koordinasi dengan mengundang dua mitra kerja utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) pada hari Selasa (3/2/2015) di Jakarta. Ari Santoso Kepala Pustekkom mengatakan bahwa untuk mensukseskan pelaksanaan UN CBT diperlukan persiapan yang matang dan penuh kehati-hatian sehingga tidak menimbulkan dampak negatif di kemudian hari. “UN CBT perlu dipersiapkan dengan matang sehingga pada tahap rintisan tahun 2015 ini ada success story dan jika ada kelemahan atau keterbatasan dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan pobia (rasa takut) terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di kalangan siswa, guru, dan orang tua murid”,  ucapnya. Bentuk persiapan ini, tambah Ari, meliputi asesmen aplikasi, finalisasi buku panduan dan petunjuk teknis, verifikasi sekolah, pelatihan proctor dan teknisi di lapangan, risk management, dan help desk yang terkait dengan pelaksanaan UN CBT. “Jika semua tahapan kegiatan ini dilaksanakan dengan baik, saya optimis UN CBT tahun 2015 dapat dilaksanakan dengan baik”, ucap Ari  yang saat ini juga menjadi Pajabat Pelaksana Tugas (PLT) Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud. Sementara itu, Nizam Kepala Puspendik mengatakan bahwa UN CBT tahun 2015 bersifat rintisan dan dilaksanakan secara terbatas. “UN CBT tahun 2015 bersifat rintisan dan dilaksanakan secara terbatas di sekolah yang dinilai layak melaksanakannya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan BSNP sebagai penyelenggara UN”, ucap Nizam Kepala Puspendik seraya menambahkan diantara kriteria tersebut adalah rasio komputer (PC) dengan peserta UN adalah satu banding tiga, diutamakan sekolah yang terakreditasi A, memiliki UPS untuk PC server dan klien, serta diutamakan sekolah yang memiliki genset. Saat ini, tambah Nizam, proses pendataan sekolah yang akan melaksanakan UN CBT sedang berlangsung dan akan ada proses verifikasi dari pelaksana UN tingkat pusat dan daerah. Berdasarkan hasil verifikasi, pelaksana UN tingkat pusat akan menetapkan jumlah sekolah yang layak melaksanakan UN CBT. Sementara Giri Sarana Kepala Bidang Non Akademik Puspendik yang menangani pendataan sekolah mengatakan bahwa sampai tanggal 3 Februari 2015, ada 236 sekolah yang didaftarkan Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pelaksana UN CBT. Jumlah tersebut terdiri atas SMP sebanyak 33 sekolah, SMA sebanyak 73, dan SMK sebanyak 130. Jumlah tersebut tambah Giri, masih bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan hasil verifikasi. Secara terpisah, Dadang Sudiyarto Sekretaris Balitbang Kemdikbud mengatakan bahwa penetapan sekolah pelaksana UN CBT dilakukan paling lambat tanggal 27 Februari 2015. Kepastian jumlah sekolah ini sangat penting sebab terkait dengan kontrak kerja percetakan yang akan menggandakan soal UN PBT

Minggu, 01 Februari 2015

SEBANYAK 198 SEKOLAH SIAP UN BERBASIS KOMPUTER

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 198 sekolah di Jawa Timur siap melaksanakan ujian nasional dalam jaringan online atau Computer Based Test (CBT) pada 2015. "Ke-198 lembaga di Jatim itu sudah disetujui dan diverifikasi oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Pustendik)," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Harun di Surabaya, Jumat (30/1/2015). Ke-198 sekolah itu terdiri atas 57 SMP (56 SMP negeri dan satu SMP swasta), 70 SMA (62 SMA negeri dan delapan SMA swasta), dan 71 SMK (42 SMK negeri dan 29 SMK swasta). "Sekolah yang ditunjuk adalah sekolah bekas RSBI yang selama ini tidak asing dengan komputer, namun jangan salah, psikologi anak itu akan sangat menentukan. Mereka main komputer saat bukan ujian berbeda dengan saat ujian," katanya. Untuk sekolah di luar yang sudah ditunjuk, katanya, bisa mengikuti UN CBT dengan cara mengajukan diri ke Pustendik melalui Dindik setempat. "Lengkapi persyaratan dan nanti akan diverifikasi oleh Pustendik," katanya. Menurut dia, sekolah yang menyatakan siap untuk melaksanakan UN dengan CBT itu perlu memperhatikan empat hal. Pertama, kepala sekolah membuat pernyataan kesiapan mengikuti UN CBT. "Surat pernyataan itu diketahui kepala dinas pendidikan setempat dengan dilampiri spesifikasi teknik laboratorium komputer seperti yang diinginkan dari Pustendik," katanya. Kedua, memperhatikan perkembangan psikologi siswa yang akan melaksanakan ujian CBT. Ketiga, kepala sekolah bersama pengurus komite sekolah dan beberapa perwakilan murid yang akan mengikuti UN CBT membuat pernyataan sikap yang intinya menerima apapun hasil ujian tersebut walaupun nantinya tidak sebaik ujian dengan kertas. Keempat, dalam waktu dekat akan dilakukan verifikasi dan validasi laboratorium komputer yang dimiliki sekolah dari tim bentukan Pustendik. "Kemungkinan besar UN CBT untuk 198 sekolah dan UN PBT (paper base test) untuk sekolah lainnya akan dilakukan serentak. UN CBT dilakukan dalam tiga gelombang untuk satu mata pelajaran. Ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat yang dimiliki sekolah. Syaratnya, satu (komputer) banding tiga (siswa)," katanya. Editor: Bayu Galih Sumber: Antara

MULAI TAHUN 2016 UN BERBASIS KOMPUTER

JAKARTA, KOMPAS - Untuk menghemat biaya serta menjamin pelaksanaan yang jujur, bersih, dan fleksibel, ujian nasional akan menggunakan sistem komputer atau disebut dengan "computer-based test". Tes model ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu, fleksibilitas, dan keandalan ujian nasional. Proses pengadaannya juga diharapkan lebih lancar. Hal ini dikemukakan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam, Sabtu (24/1/2015), di Jakarta. "Hasilnya juga bisa lebih rinci dan lebih cepat diperoleh murid, orangtua, dan sekolah," ujarnya. Mulai tahun ini akan dilakukan perintisan atau uji coba ujian nasional (UN) dengan target beberapa sekolah pada setiap jenjang di setiap provinsi. Untuk tahun-tahun berikutnya, UN dengan sistem komputer akan dilakukan dengan cakupan lebih luas di 34 provinsi pada jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK, serta Paket B dan C. Soal-soalnya sama atau setara dengan tes berbasis kertas (paper-based test). Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suryadi menambahkan, tahun ini sudah dimulai uji coba UN dengan sistem komputer. Kriteria sekolah yang akan menyelenggarakan UN dengan sistem komputer akan dituangkan dalam petunjuk teknis. "Nanti semua dijelaskan dalam pos dan petunjuk teknis. Sedang kami sempurnakan," ujarnya. Dalam konferensi pers UN, Jumat lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, tahun depan diharapkan akan ada pusat ujian atau tes. Jika sudah ada pusat tes, diharapkan ke depan tidak perlu ada lagi pelaksanaan UN yang serempak pada satu hari di seluruh Indonesia. Jika UN bisa diselenggarakan dengan komputer, sekolah hanya perlu menentukan jadwalnya, lalu mengambil ujian sesuai jadwal masing-masing. "Selama kita masih menggunakan paper-based test, masih pakai kertas, (UN) memang harus diselenggarakan satu hari karena soalnya keluar. Tapi, kalau pakai komputer, soalnya tidak keluar sehingga bisa dilakukan ulang," kata Anies. Soal sulit Setiap tahun sedikitnya 100.000 soal dibuat untuk kisi-kisi UN dan tidak digunakan lagi sehingga dinilai boros karena perlu dicetak. Namun, jika menggunakan sistem tes berbasis komputer, soal-soal yang masih bagus dapat dipertahankan dan yang sudah usang bisa dibuang. "Kalau sekarang soalnya masih sekali pakai, lalu buang," kata Nizam. Ke depan akan ada bank soal nasional untuk menampung soal-soal UN yang akan diperbarui setiap lima tahun sekali. Ketika itu pula, paling tidak ada 10-20 persen soal dibuang dan diganti yang baru. Untuk UN tahun ini belum ada perubahan tingkat kesulitan soal. Standar kualitas soal masih mengikuti ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan tahun lalu. Hanya, lanjut Nizam, tahun ini sudah dimasukkan soal-soal berkategori high order thinking. Ada 5-10 persen soal yang berkategori itu. Tahun lalu ada beberapa soal yang menggunakan standar Programme for International Student Assessment (PISA). Soal-soal high order thinking ini dibuat oleh tim guru yang telah mendapat pelatihan dari tim PISA tahun lalu. Menurut Nizam, pihaknya menginginkan UN menjadi inspirasi bagi anak. Materi soal lebih banyak berkisar pada contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak memahami konteks, tidak hanya menghafal rumus atau soal. "Kami ingin anak-anak tertantang ketika mengerjakan ujian. Soal-soal ini bisa menjadi tambahan pengetahuan. Anak didorong untuk berpikir," katanya. Perubahan bentuk dan materi soal seperti ini mau tidak mau akan memaksa guru untuk mengubah cara pembelajarannya. Harapannya, guru tidak lagi memberi latihan menghafal pengerjaan soal terus-menerus menjelang UN atau drilling soal. Ketika hanya menghafalkan soal, yang terjadi adalah murid hanya diajari trik-trik mengerjakan soal. "Ini yang terjadi di bimbingan belajar. Anak-anak hanya tahu trik-trik, tidak memahami konsep dan konteksnya," ujar Nizam. Editor: Laksono Hari Wiwoho Sumber: KOMPAS SIANG

Kamis, 29 Januari 2015

UN SMP DIGELAR 4-7 MEI 2015

Kemendikbud --- Ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2014/2015 bagi siswa SMP/MTs diselenggarakan selama empat hari, yaitu 4-7 Mei 2015. Ini meralat informasi yang pernah disampaikan sebelumnya dan telah beredar di masyarakat melalui media massa. Sebelumnya diinformasikan bahwa UN tingkat SMP/MTs digelar 4-6 Mei 2015.   “UN untuk tingkat SMP dan sederajat terdiri atas empat mata pelajaran,” kata Nizam dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (29/1). Sementara itu pengumuman hasil UN SMP/MTs dilakukan pada 10 Juni 2015. UN tahun ini tidak lagi digunakan sebagai penentu kelulusan siswa. Kewenangan ini sepenuhnya diserahkan kepada sekolah. Menurut Nizam, otonomi penetapan kelulusan siswa menjadi hak sekolah karena selama tiga tahun menempuh pendidikan, guru mengamati dan menilai seluruh kompetensi siswa. Dari sanalah guru kemudian dapat menetapkan apakah siswa tersebut pantas lulus atau belum. Meskipun sekolah yang sepenuhnya menentukan kelulusan siswa, namun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan nilai standar minimal kelulusan yang harus diacu oleh sekolah. Untuk dinyatakan lulus, siswa setidaknya memenuhi nilai 5,5 untuk setiap mata pelajaran dan rata-rata minimal 5,5. Ketentuan ini dituangkan dalam prosedur operasi standar (POS) yang disusun oleh BSNP. “Nilai akhir itu ditetapkan dari gabungan antara nilai rapor dan nilai ujian sekolah. Nilai inilah yang menjadi syarat kelulusan siswa,” ujarnya. (Ratih Anbarini)

Sabtu, 24 Januari 2015

GURU. KEPSEK. ORANG TUA JADI FAKTOR PENTING DALAM PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN HALAMAN UTAMA TENTANG KEMDIKBUD KONTAK KAMI SIARAN PERS 01/19/2015 - 16:45 Mendikbud : "Kita Masih Punya Banyak Stok Anak Muda Hebat" 01/08/2015 - 09:31 Solusi Sarana Pembelajaran E-Sabak untuk Sekolah di Wilayah 3T INDEKS LAYANAN Bantu Sekolahku Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Beasiswa Unggulan Buku Sekolah Elektronik DAPODIK Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 - ePIK Layanan Produk Hukum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPSE Mobile Edukasi Pengaduan BSM & KIP Penyaluran Siswa Penyetaraan Ijazah Perijinan Belajar WNA Perijinan Belajar WNI Perpustakaan PRODEP (Pengembangan Keprofesian Tenaga Kependidikan) Radio Suara Edukasi Rumah Belajar Televisi Edukasi PENGADUAN Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) Kemdikbud Gedung C Kemdikbud Lt 4 Jl. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270 Call center : 177 Telp : 021 5703303 Fax : 021 5733125 SMS : 0811976929 Email : pengaduan@kemdikbud.go.id   Home » Berita » Guru, Kepsek, dan Orang Tua Jadi Aktor Penting Pendidikan Guru, Kepsek, dan Orang Tua Jadi Aktor Penting Pendidikan Sun, 01/25/2015 - 10:51 Padang, Kemendikbud --- Kunci keberhasilan pendidikan ada pada tiga aktor pendidikan, yaitu guru, kepala sekolah, dan orang tua. Para aktor pendidikan ini, jika menjalankan fungsinya dengan baik, maka hasilnya pun akan baik. Jika gurunya baik, kualitas pendidikan akan baik. Jika kepala sekolahnya memiliki kepemimpinan yang baik, maka sekolah itu menghasilkan ekosistem pendidikan yang baik pula. Sementara orang tua menjadi rekan terdekat bagi sekolah dalam proses mendidik anak.   Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menyampaikan hal tersebut dalam Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) II PGRI 2015 di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (24/1/2015). “Tiga aktor ini yang insya Allah menjadi fokus perhatian dalam pemerintahan. Mereka adalah aktor yang berada di ujung dan senyata-nyatanya,” tuturnya.   Di hadapan peserta konkernas yang merupakan para guru ini, Mendikbud menuturkan bahwa kunci membereskan masa depan adalah melalui pendidikan. Dan kunci pendidikan ada pada guru. Maka, ia mengajak agar menjadi guru yang tidak sekadar mengajar, tetapi memberi inspirasi dan menyenangkan bagi muridnya. “Jika 20-30 tahun lagi anak didik Bapak dan Ibu ditanya, siapa guru yang paling diingat, akankah mereka menyebut nama Bapak/Ibu? Kalau nama Bapak dan Ibu yang disebut, insya Allah Bapak/Ibu termasuk guru yang menginspirasi, karena kesan itu membekas sepanjang perjalanan hidupnya,” kata Mendikbud.   Menjadi guru yang tidak terlupakan, terbentuk dari proses mendidik yang menginspirasi dan menyenangkan. Bila hal ini dilakukan oleh guru-guru di seluruh Indonesia, maka masa depan negara ini akan menjadi luar biasa hebat. Mendikbud mencontohkan, Bapak Fisika India, Abdussalam, ditanya dalam sebuah wawancara. Pertanyaannya, apa yang menjadikan dirinya seperti saat ini? Abdussalam kecil berasal dari keluarga tidak mampu, bahkan saudara-saudara perempuannya sengaja tidak sekolah agar ia dapat mengenyam pendidikan. Dalam wawancara itu, Abdussalam menjawab, dirinya dapat seperti ini karena guru kelas 5-nya. Saat itu sang guru mengajarkan tentang kaca pembesar yang mampu membakar kertas saat diarahkan pada satu titik dengan sinar matahari. “Guru itu menepuk bahu Abdussalam dan berkata ‘jika dirimu fokus pada satu hal, maka kamu bisa menaklukkannya.’ Pesan itu nempel terus di benak Abdussalam. Ia kemudian fokus di fisika dan benar akhirnya menjadi Bapak Fisika. Poinnya adalah di kelas 5 SD, gurunya menitipkan bibit inspirasi dan itu tumbuh. Ini yang sekarang perlu kita dorong. Karakter-karakter itu yang sekarang harus dimunculkan,” tutur Mendikbud. (Ratih Anbarini) Indeks Berita   PESERTA DIDIK Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Pendidikan Tinggi SATUAN PENDIDIKAN PAUD Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi TENAGA PENDIDIK Guru Dosen Copyright © Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan